Minggu, 07 Agustus 2011

Artikel Peningkatan Kemampuan Kreatif Matematis

Posted by Arif Ediyanto in - 1 komentar

BUS MICRULED dengan CDI yang SMART Sebagai Upaya Meningkatkan
Kemampuan Kreatif Matematis  Materi Geometri Dimensi Dua
Kelas XI MM SMK Negeri 1 Kendal
Tahun Pelajaran 2010/2011

Arif Ediyanto*)

Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Kreatif Matematis, konstruktivisme.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan kreatif matematis dan keaktifan peserta didik kelas XI MM SMK Negeri 1 Kendal materi geometri dimensi dua dengan pembelajaran BUS MICRULED dengan CDI yang SMART. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Teori yang digunakan adalah kreatif matematis dan konstruktivisme. Pada penelitian ini yang diamati adalah kemampuan kreatif matematis dan penanaman nilai-nilai dalam pendidikan karakter pada peserta didik. Pelaksanaan setiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu: rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Data diambil melalui pengamatan, uji kompetensi, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan analisis deskriptif komparatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan kreatif matematis tiap siklus mengalami peningkatan untuk siklus I, 6,73% dibanding prasiklus dan untuk siklus II peningkatan sebesar 6,98% dibanding siklus 1. Hasil uji kompetensi tiap siklus yang mencapai KKM yaitu 18 peserta didik atau 55,55% pada prasiklus, 69,70% atau 23 peserta didik pada siklus I, dan 81,82% atau 27 peserta didik pada siklus II. Hasil peneltian juga menunjukkan rata-rata uji kompetensi dari prasiklus, siklus I, dan siklus II berturut-turut adalah 66,27; 70,73; dan 75,67 artinya adalah terjadi peningkatan kemampuan kreatif matematis peserta didik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran BUS MICRULED dengan CDI yang SMART terbukti kebenarannya dapat meningkatkan kemampuan kreatif matematis, keaktifan, dan perubahan tingkah laku sebagai dampak penanaman nilai-nilai pendidikan karakter peserta didik kelas XI MM SMK Negeri 1 Kendal.

Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Kreatif Matematis, konstruktivisme.

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan karakter yang dilaksanakan di SMK Negeri 1 Kendal yaitu dengan budaya 3S (Senyum, Salam, Sapa) dan semboyan mutu PASTI (Profesional, Akhlak Mulia, Simpatik, Tertib, dan Iman) tetapi sayangnya belum sepenuhnya diimplementasikan secara nyata di sekolah. Implementasi semboyan ini berupa penanaman nilai-nilai disiplin, kerjasama, empati, saling menghargai, kerja keras, jujur, santun, bertanggung jawab, peduli lingkungan, religius, dan lain-lain yang merupakan akar dari pendidikan berkarakter. Salah satu contoh belum berhasilnya penanaman nilai ini adalah perilaku peserta didik yang kurang bertangung jawab terhadap tugas-tugas atau pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru. Berdasarkan data di Bimbingan Karier (BP) hampir setiap minggu ada peserta didik yang diberikan skor pelanggaran ketertiban akibat perilaku kurang bertanggung jawab ini.
Pembelajaran di sekolah seharusnya mampu memberikan dorongan hati kepada peserta didik, sehingga dapat menyentuh dan menumbuhkembangkan nilai-nilai kehidupan dan nilai-nilai kemanusiaan bagi mereka (Budiningsih, 2005). Kenyataannya adalah pelajaran matematika di SMK Negeri 1 Kendal masih dipandang peserta didik sebagai pelajaran yang sulit dan menyeramkan, sehingga peserta didik tidak merasa nyaman selama kegiatan belajar-mengajar dan kepedulian mereka akan pentingnya matematika sebagai bagian dari kehidupan tidak dirasakan manfaatnya. Hal ini berarti pembelajaran yang dilakukan menjadi kurang bermakna bagi mereka.
Kemampuan kreatif matematis merupakan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda dan mengembangkan ide-ide yang berbeda. Data rata-rata hasil uji kompetensi matematika kelas XI Multimedia tahun pelajaran 2009/2010 SMK Negeri 1 Kendal menunjukkan bahwa materi geometri dimensi dua ini mempunyai rata-rata daya serap paling rendah yaitu rata-rata 6,8. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMK Negeri 1 Kendal untuk pelajaran matematika kelas XI MM adalah 70. Hal ini berarti nilai rata-rata materi geometri dimensi dua ini masih di bawah KKM. Salah satu faktor yang menyebabkan adalah pembelajaran materi geometri dimensi dua di SMK Negeri 1 Kendal masih menggunakan pembelajaran ekspositori.
Melatih kemampuan bernalar dan berfikir kreatif bagi peserta didik sangatlah penting bukan hanya selama proses pembelajaran tetapi juga kemampuan ini diperlukan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Ruseffendi (2006) menyatakan bahwa orang yang kreatif bukan hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri tetapi juga membantu orang lain dalam interaksi sosial. Menurut Silver (1997) untuk menilai berfikir kreatif ini digunakan The Torance Tests of Creative Thinking (TICC) yang ditandai tiga komponen, yaitu: fluency (kefasihan), flexibility (fleksibel), dan novelty (pembaruan).
Piaget (1973) dengan teori konstruktivismenya menyatakan bahwa setiap individu menciptakan makna dan pengertian baru, berdasarkan interaksi antara apa yang telah dimiliki, diketahui, dan dipercayai dengan fenomena, pendapat, atau informasi baru yang dipelajari. Peserta didik membawa pengertian dan pengetahuan awal yang sudah dimilikinya kedalam setiap proses belajar yang harus ditambahkan, dimodifikasi, diperbaharui, direvisi, dan diubah oleh informasi baru yang dijumpai dalam proses belajar (Gupta, 2008).
SMK Negeri 1 Kendal yang telah tersertifikasi secara internasional menggunakan kriteria SMART (spesific, measurable, achievable, realistic, time bound) dalam implementasi di lapangan. Kriteria SMART ini dengan memperhatikan kekhususan materi geometri dimensi dua yang sesuai kurikulum dan tingkat kemampuan peserta didik (spesific), pembelajaran ini dapat diterapkan dan diukur ketercapaiannya dalam waktu tertentu (measurable), dan hasil kegiatan/pembelajaran dapat dicapai dengan ditunjukkan oleh prestasi hasil belajar peserta didik (achievable). Selain itu, pembelajaran ini dirancang dengan skenario dari awal proses pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai akhir, termasuk alat ukurnya jelas (realistic) dan waktu yang digunakan lebih efisien dan efektif dari pada sebelumnya (time bound).
Dari uraian latar belakang diatas, maka diadakan penelitian tindakan kelas yang berorientasi pada keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran dengan mengambil judul “Budaya Sekolah Melalui Construktivist Learning Design (BUS MICRULED) dengan Compact Disk Interaktif (CDI) yang Spesific, Measurable, Achievable, Realistic, Time bound (SMART) Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Kreatif Matematis Materi Geometri Dimensi Dua Kelas XI Multimedia SMK Negeri 1 Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Masalah ini menarik untuk dipaparkan karena dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi penyelenggara pendidikan dan praktisi pendidikan pada umumnya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran BUS MICRULED dengan CDI yang SMART dapat meningkatkan kemampuan kreatif matematis dan keaktifan peserta didik kelas XI MM dengan materi geometri dimensi dua dan terjadi perubahan perilaku yang positif. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan kreatif matematis dan keaktifan peserta didik kelas XI MM dengan materi geometri dimensi dua dan terjadi perubahan perilaku yang positif dengan pembelajaran BUS MICRULED dengan CDI yang SMART.
Manfaat penelitian ini adalah memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik akan pentingnya membangun pengetahuan (dengan konsep konstruktivisme) dan nilai-nilai pendidikan karakter (kerjasama, saling menghargai, dan tanggung jawab), mendapatkan pengetahuan baru tentang pembelajaran dengan pembelajaran BUS MICRULED dengan CDI yang SMART yang dapat membantu meningkatkan kemampuan kreatif matematis peserta didik. Manfaat bagi guru yaitu melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif dalam pembelajaran materi geometri dimensi dua kelas XI SMK dan bagi peserta didik, yaitu memiliki nilai-nilai pendidikan karakter sebagai dampak dari pembelajaran BUS MICRULED dengan CDI yang SMART dan dapat membangun pengetahuan yang telah dimilikinya dengan konsep belajar konstruktivisme.

LANDASAN TEORETIS
Budaya Sekolah
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang  terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih bermartabat.
Metode penanaman karakter dapat dilakukan secara eksplisit dan sistematis, yaitu dengan knowing the good, reasoning the good, feeling the good, dan acting the good. Dengan knowing the good anak dibiasakan berpikir hanya yang baik-baik saja. Reasoning the good juga perlu dilakukan supaya anak tahu mengapa dia harus berbuat baik. Misalnya kenapa anak harus jujur, apa akibatnya kalau anak jujur, dan sebagainya. Dengan feeling the good, kita membangun perasaan anak akan kebaikan. Anak-anak diharapkan mencintai kebaikan. Lalu, dalam acting the good, anak mempraktekkan kebaikan. Jika anak terbiasa melakukan knowing, reasoning, feeling, dan acting the good lama kelamaan anak akan terbentuk karakternya.
Desain Pembelajaran Konstruktivisme
Prinsip dasar yang mendasari filsafat konstruktivisme adalah semua pengetahuan dibangun dan bukan dipersepsi langsung oleh indera (Muijs dan Reynolds 2008: 96). Peserta didik membangun pengetahuannya secara aktif karena belajar adalah sebuah pencarian makna. Guru mendorong peserta didik untuk membangun makna dengan menstrukturalisasikan berbagai gagasan,eksplorasi, dan menghubungkan pengetahuan baru yang dibangun dari pengetahuan yang telah dimiliki (Kenny dan Wirth, 2009).
Menurut Muijs dan Reynolds (2008:105) rancangan model pembelajaran konstruktivisme, yaitu: pertama, fase pendahuluan yaitu guru mengukur pengetahuan peserta didik sebelumnya dan menetapkan berbagai kegiatan. Guru dapat mulai dengan pertanyaan umum terbuka atau dengan sebuah masalah yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Kedua, fase eksplorasi, yaitu peserta didik mengerjakan kegiatan eksploratif, melibatkan situasi atau bahan-bahan riil, dan memberikan kesempatan untuk kerja kelompok dan ketiga, fase refleksi, yaitu peserta didik diminta untuk memeriksa kembali, menganalisis, dan mendiskusikan apa yang telah mereka kerjakan. Adapun yang kelima, fase aplikasi dan diskusi, yaitu guru meminta peserta didik untuk mendiskusikan berbagai temuan dan menarik kesimpulan.
Pembelajaran Geometri Dimensi Dua
Geometri dan pengukuran adalah salah satu standar kompetensi penting dalam matematika, namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa peserta didik sekolah menengah mengalami kesulitan ketika menyelesaikan tugas dalam pembuktian geometri, menyelesaikan tes pengetahuan  geometri standar, dan menyelesaikan tes geometri pada akhir program (Martinez, 2005).
CD Interaktif sebagai Media Pembelajaran Matematika
Peran multimedia dalam pembelajaran matematika menurut Chambers (2008:214) yaitu bentuk kreativitas untuk mempermudah mengasosiasikan seni, desain, dan tulisan dalam matematika. Dale secara jelas memberi penekanan terhadap pentingnya media dalam pengajaran, yaitu semakin banyak indera yang dimanfaatkan oleh peserta didik, semakin baik daya ingat yang dialami oleh peserta didik (Sanjaya, 2008).
Pembelajaran BUS MICRULED dengan CDI yang SMART
Pendidikan karakter bertujuan untuk membangun manusia yang cakap dalam menghadapi dunia yang penuh tantangan dan cepat berubah, serta mempunyai kesadaran emosional dan spiritual (Megawangi, 2010). Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan potensi peserta didik. Potensi itu hanya mungkin dapat berkembang jika peserta didik terbebas dari rasa takut, tegang, dan proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan (Sanjaya 2008: 134). Peran guru adalah memberikan bantuan kepada peserta didik untuk membangun makna dengan menstrukturalisasikan berbagai gagasan, eksplorasi, dan menghubungkan pengetahuan baru dengan apa yang sudah diketahui (Kenny dan Wirth, 2009).
Penggunaan CD interaktif dalam hal ini yaitu untuk mengkonstruk materi pelajaran geometri dimensi dua agar peserta didik mudah dalam memahami materi pelajaran. Adapun SMART dalam penelitian ini digunakan sebagai kriteria yaitu mempunyai ukuran Specific dimaksudkan kekhasan karakteristiknya, Measurable artinya programnya dapat diterapkan dan dapat diukur ketercapaiannya pada periode tertentu. Selanjutnya, Achievable artinya dapat dicapai, dari hasil penilaian yang terukur akan menghasilkan suatu capaian tertentu, Realistik artinya program dapat dilaksanakan tidak hanya dalam teori tetapi dapat dilaksanakan, dan Time Bound artinya ada batas waktunya.


Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah pembelajaran BUS MICRULED dengan CDI yang SMART dapat meningkatkan kemampuan kreatif matematis dan keaktifan peserta didik kelas XI MM dengan materi geometri dimensi dua dan terjadi perubahan perilaku yang positif..

METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dirancang berlangsung selama 5 bulan yaitu dari Januari-Mei 2011 dari persiapan sampai menyusun laporan hasil penelitian. Kegiatan penelitian dilakukan di kelas XI Kompetensi Keahlian Multimedia (MM) di SMK N 1 Kendal semester genap tahun pelajaran 2010/2011 dengan jumlah peserta didik 33 orang.  
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan, prestasi belajar, dan tercapainya ketuntasan peserta didik kelas XI Multimedia SMK N 1 Kendal tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 33 peserta didik.
Sumber Data
Sumber data penelitian ini didapat didapat dari ulangan harian yang telah direncanakan dengan SK menentukan kedudukan, jarak, dan besar sudut yang melibatkan titik, garis, dan bidang dalam ruang dimensi dua dan data observasi yang didapat dari pengamatan keaktifan peserta didik dan angket.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik dan alat pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu pertama, tes yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh data tes prestasi belajar (TPB) kelas XI MM materi geometri dimensi dua. Kedua, pengamatan, yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh data tentang keaktifan peserta didik dalam pembelajaran dan ketiga, wawancara yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh data tentang tanggapan peserta didik terhadap proses pembelajaran.
Validasi Data
Validasi data yang dilakukan yaitu perangkat uji kompetensi, sehingga data yang diperoleh diharapkan valid dan dilakukan oleh 2 teman sejawat dan diketahui oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum (WKS 1).
Analisis data
Analisis data yang digunakan yaitu analisis yang digunakan adalah analisis diskriptif komparatif yaitu  membandingkan nilai tes kondisi awal (pra siklus), nilai uji kompetensi setelah siklus 1 dan nilai setelah siklus 2 yang digunakan untuk merefleksi kegiatan pada tiap-tiap siklus  dan analisis deskriptif digunakan terhadap data hasil pengamatan peserta didik selama proses pembelajaran dengan menjumlahkan skor setiap aspek yang diamati yaitu partisipasi dalam mengawali pembelajaran, partisipasi dalam proses pembelajaran, tugas dan reaksi tugas.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian ini yaitu pertama, terdapat peningkatan kemampuan kreatif matematis dan keaktifan peserta didik kelas XI MM SMK N 1 Kendal tahun pelajaran 2010/2011 pada materi geometri dimensi dua, serta terjadi perubahan perilaku peserta didik yang positif yaitu kerjasama meningkat, bertanggung jawab, saling menghargai dan berempati pada orang lain.
Prosedur Tindakan
Prosedur tindakan yang diambil adalah Guru mitra dan peneliti berkolaborasi untuk menyiapkan materi yang diteliti dan dipelajari peserta didik, secara kolaborasi peneliti dan guru mitra membuat RPP, media pembelajaran, instrumen pengamatan dan uji kompetensi dan pedoman penskoran, serta pada pelaksanaan pembelajaran dengan BUS MICRULED dengan CDI yang SMART peserta didik distimulus dengan CD interaktif dan modul untuk membangun pengetahuan sendiri menggunakan pengalaman yang telah dimilikinya. Peserta didik dimotivasi untuk mengerjakan soal dalam modul secara mandiri atau kelompok. Pada pembelajaran berakhir guru selalu meminta peserta didik untuk mengeksplorasi CD interaktif dan modul. Kegiatan dirancang dengan penelitian tindakan kelas. Tahapan langkah disusun dalam siklus penelitian. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dan penelitian dirancang dalam 3 siklus.  

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
Deskripsi Pra Siklus
Kondisi awal dalam penelitian ini adalah rendahnya prestasi belajar peserta didik kelas XI MM materi geometri dimensi dua dengan rata-rata di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil klasifikasi uji kompetensi awal menunjukkan peserta didik yang memiliki prestasi kurang dari KKM masih banyak yaitu ada 45,46% atau 15 peserta didik dari 33 peserta didik pada kelas XI MM. Pada kondisi awal ini pembelajaran menggunakan model konvensional yaitu dengan ceramah, penugasan dan tanya jawab.
Deskripsi Siklus I
Pada siklus I model pembelajaran sudah menggunakan BUS MICRULED dengan CDI yang SMART. Perencanaan tindakan meliputi perencanaan instrumen pendukung penelitian meliputi pembuatan kisi-kisi, lembar kerja dalam modul,  serta instrumen lainnya. Perencanaan penyajian pembelajaran meliputi   perencanaan apersepsi materi, kegiatan inti dan penutup. Pada kegiatan inti pembelajaran, peneliti menggunakan pembelajaran Constructivist Learning Design (CLD) dengan CD interaktif untuk menanamkan nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang bertujuan untuk membangkitkan daya pikir logis dan kritis, kreatif, mandiri, dan cinta ilmu.



Gambar 2 Aktifitas Pada Siklus I

Pelaksanaan tindakan apersepsi dimulai dengan mengucapkan salam, melihat kondisi fisik dan psikologis peserta didik untuk menerima pembelajaran dan memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari materi Phytagoras, persegi, segitiga, dan jajar genjang. Pada pelaksanaan kegiatan inti dilakukan sesuai dengan rencana yaitu dimulai dengan tanya jawab materi prasyarat kemudian memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bereksplorasi, berdiskusi, dan presentasi. Hal ini untuk melatih nilai-nilai pendidikan karakter yang ditanamkan.
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis sebagai peneliti dan observer di lembar observasi keaktifan yang didalamnya terdapat nilai-nilai pendidikan karakter juga belum menunjukkan hasil sesuai yang diharapkan. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I masih mengalami banyak hambatan, diantaranya: (1) peserta didik masih banyak yang bingung dalam mengerjakan tugas (berekplorasi menggunakan media internet dengan fasilitas hot spot yang disediakan sekolah atau referensi lain yang relevan) sesuai instruksi guru, (2) kegiatan diskusi belum lancar karena hanya didominasi oleh peserta didik yang pandai, sehingga keterlibatan dan partisipasi peserta didik belum maksimal, (3) sikap saling menghargai belum tertanam dengan baik, sehingga masih terkesan saling menjatuhkan, (4) sikap bertanggung jawab dan kerjasama masih kurang, (5) pada presentasi di depan kelas, penyaji belum begitu siap/terampil begitu pula audien dalam memberikan tanggapan/respon, dan (6) kemampuan kreatif matematis masih kurang.  
Rekap hasil uji kompetensi pada siklus I didapatkan prosentase keberhasilan yang meningkat dibandingkan data uji kompetensi awal. Hal ini berarti terjadi peningkatan kemampuan kreatif matematis dari hasil pembelajaran dengan terjadinya peningkatan rata-rata nilai uji kompetensi. Dari tabel klasifikasi juga dapat dilihat peserta didik yang memiliki kemampuan kreatif matematis cukup/rendah masih banyak yaitu ada 30,30% atau 10 peserta didik dari 33 peserta didik pada selas XI MM. Dari hasil siklus 1 ini dilakukan refleksi untuk siklus 2 yaitu kombinasi kelompok yang heterogen agar memungkinkan terjadinya tutor sebaya dan pembuatan kartu masalah hasil eksplorasi.
Deskripsi Hasil Siklus II
Perencanaan tindakan pada siklus II melanjutkan proses pada siklus I dengan mempertimbangkan rekomendasi dari observer pada saat proses siklus I penyesuaian perencanaan. Perencanaan instrumen pendukung penelitian meliputi pembuatan kisi-kisi, soal uji kompetensi, instrumen evaluasi serta instrumen lainnya. Perencanaan penyajian pembelajaran meliputi perencanaan apersepsi materi, kegiatan inti dan penutup. Pada sesi kegiatan inti kegiatan pembelajaran, pembuatan kelompok didasarkan pada pengelompokan heteroginitas. Peserta didik yang memiliki pretasi di atas rata-rata dalam siklus I dibedakan kelompoknya dengan peserta didik di bawah rata-rata, agar proses tutor sebaya juga dapat terjadi.
Apersepsi materi dimulai dengan salam, memberi contoh pentingnya kompetensi geometri dimensi dua ini dan memberikan motivasi dengan menunjukkan model-model bangunan dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai dengan rencana yaitu dimulai dengan tanya jawab materi prasyarat kemudian memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bereksplorasi, berdiskusi, dan presentasi. Hal ini untuk melatih nilai-nilai pendidikan karakter yang ditanamkan terus mengalami peningkatan. Materi ajar dalam siklus 2 ini adalah belah ketupat, layang-layang, lingkaran, dan trapesium. Pola pembelajaran masih menggunakan BUS MICRULED dengan CDI yang SMARTakan tetapi pembuatan kelompok secara heterogen dan adanya penambahan tugas yaitu menuliskan hasil eksplorasi dalam kartu masalah.



Gambar 3 Aktifitas Pada Siklus II

Hasil pengamatan berdasar lembar observasi keaktifan yang didalamnya terdapat nilai-nilai pendidikan karakter sudah menunjukkan adanya peningkatan hasil sesuai yang diharapkan yaitu > 70% peserta didik aktif. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II ini hambatan yang masih ditemukan diantaranya: (1) kemampuan kreatif matematis peserta didik perlu ditingkatkan lagi. Hal ini terlihat saat kelompok/penyaji belum bisa menjawab pertanyaan yang diberikan kelompok lain dan mereka menyita waktu terlalu lama untuk mencari jawaban dalam buku referensi, (2) persiapan peserta didik belum maksimal, (3) sebagian penyaji kurang percaya diri, (4) pertanyaan dari peserta didik sebagian belum mengarah kepada pertanyaan tingkat tinggi/kemampuan kreatif matematis.
 Rekap hasil uji kompetensi pada siklus II didapatkan prosentase kemampuan kreatif matematis yang meningkat dibandingkan data siklus 1 dalam menyelesaikan masalah atau uji kompetensi. Dari tabel klasifikasi juga dapat dilihat peserta didik yang memiliki prestasi/kemampuan kreatif matematis dengan kriteria baik dan baik sekali telah mencapai 81,82% atau 27 peserta didik dari 33 peserta didik pada selas XI MM.
A. Pembahasan
(1)  Pembahasan pelaksanaan tindakan
Tabel 1 Pelaksanaan Tindakan Tiap Siklus
KONDISI AWAL
SIKLUS I
SIKLUS II
Tindakan
Pembelajaran belum menggunakan BUS MICRULED dengan CDI yang SMART

Pembelajaran sudah menggunakan BUS MICRULED dengan CDI yang SMART. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan untuk mengaktifkan peserta didik adalah dengan membuat laporan tugas rangkuman materi dan menyimpulkan hasil diskusi sebagai tugas mandiri.

Pembelajaran sudah menggunakan BUS MICRULED dengan CDI yang SMART, tetapi pembentukan kelompok dimodifikasi.  Pelaksanaan tindakan yang dilakukan agar lebih mengaktifkan lagi peserta didik adalah dengan membuat laporan tugas rangkuman materi, menyimpulkan hasil diskusi sebagai tugas mandiri, dan menuliskan hasil eksplorasi di kartu masalah

Pembelajaran BUS MICRULED dengan CDI yang SMART dilakukan dengan cara CD interaktif dan modul diberikan pada peserta didik sebelum pembelajaran berlangsung untuk belajar mandiri, sehingga peserta didik dapat melihat matematika sebagai studi tentang pola, mengembangkan sikap bertanggung jawab, dan rasa ingin tahu (Haglund, 2004). Selain itu dapat memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Depdiknas 2008: 4). Dari data terlihat keaktifan peserta didik dari pra siklus, siklus I, dan siklus II semakin meningkat. Hal ini berarti mendukung hipotesis bahwa pembelajaran BUS MICRULED dengan CDI yang SMART dapat meningkatkan keaktifan peserta didik.
(2)  Pembahasan hasil observasi
Data uji kompetensi juga menunjukkan adanya peningkatan kemampuan kreatif
matematis tiap siklus dan antar siklus seperti Tabel 4.5 berikut:
KONDISI AWAL
SIKLUS I
SIKLUS II
Hasil Uji Kompetensi
Nilai awal :
·
Rata-rata
X   = 66,27
·
Nilai
terendah = 30
·
Nilai
tertinggi  = 90

Nilai siklus I :
·
Rata-rata X = 70,73
·
Terjadi
Peningkatan = 6,73 %
·
Nilai
terendah   = 47
·
Nilai
tertinggi    = 92

Nilai siklus II :
·Rata-rata X = 75,67
·
Terjadi
Peningkatan= 6,98 %
·
Nilai
terendah   = 58
·
Nilai
tertinggi    = 91

Dari data di atas terlihat bahwa rata-rata uji kompetensi atau kemampuan kreatif matematis tiap siklus dan antar siklus mengalami peningkatan yaitu siklus 1 mengalami peningkatan sebesar 6,73% dibanding kondisi awal dan siklus 2 mengalami peningkatan sebesar 6,98% dibanding siklus 1. Hal ini berarti potensi peserta didik dimanfaatkan secara baik oleh guru untuk membangun materinya sendiri (Haglund, 2004). Kemampuan peserta didik yang diperoleh selama proses pembelajaran untuk memecahkan masalah ternyata linier terhadap prestasi belajarnya. Hal ini berarti mendukung hipotesis bahwa pembelajaran BUS MICRULED dengan CDI yang SMART dapat meningkatkan kemampuan kreatif matematis peserta didik.
(3)  Pembahasan refleksi
Pada prasiklus terlihat masih banyak peserta didik yang belum berinteraksi dengan baik, kerjasama dan saling menghargai kurang, tanggung jawab terhadap tugas kurang, peserta didik masih pasif, dan kemampuan kreatif matematis peserta didik belum sesuai yang diharapkan. Jadi proses pembelajaran belum dapat dikatakan berhasil pada prasiklus ini. Proses pembelajaran pada kondisi awal, siklus I dan siklus II serta refleksinya pada penelitian ini seperti Tabel 4.6 berikut:


Tabel 4.6 Proses Pembelajaran dan Refleksi Tiap Siklus
KONDISI AWAL
SIKLUS I
SIKLUS II
· Peserta didik cenderung pasif


· Kemampuan kreatif matematis rendah

· Nilai-nilai pendidikan karakter belum tampak

· Kualitas pembelajaran rendah
· Peserta didik cenderung aktif dan menikmati pembelajaran dengan antusias.
· Kemampuan kreatif matematis meningkat dibanding prasiklus.
· Nilai-nilai pendidikan karakter yang ditanamkan sudah mulai tumbuh.

· Kualitas pembelajaran lebih baik dari sebelumnya.
· Aktivitas peserta didik lebih maksimal dan terjadi kompetisi yang sehat.

· Kemampuan kreatif matematis meningkat dibanding prasiklus dan siklus 1.
· Nilai-nilai pendidikan karakter yang ditanamkan mengalami peningkatan yang signifikan dibanding sebelumnya.
· Kualitas pembelajaran lebih baik dari sebelumnya.

Refleksi yang dilakukan berdasarkan kondisi prasiklus untuk melakukan perbaikan di siklus 1 adalah peserta didik diberi kesempatan belajar untuk memecahkan masalah, berdiskusi, melakukan presentasi, dan membuat tugas mandiri hasil diskusi. Sedangkan refleksi untuk siklus 1 ini untuk siklus 2 adalah adanya tambahan tugas menuliskan hasil eksplorasi di kartu masalah. Berdasar refleksi-refleksi inilah pendidikan karakter yang ditanamkan mulai tumbuh dan tertanam baik pada peserta didik dan akhirnya terjadi perubahan tingkah laku kearah yang lebih positif seperti sikap menghargai, berempati, dan mau bekerja sama dengan teman, lebih bertanggung jawab, dan kreatif. Hal ini berarti mendukung hipotesis bahwa pembelajaran BUS MICRULED dengan CDI yang SMART dapat mengubah perilaku peserta didik kearah yang lebih baik dan positif.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan penelitian ini adalah pembelajaran BUS MICRULED dengan CDI yang SMART materi geometri dimensi dua dapat meningkatkan kemampuan kreatif matematis peserta didik. Hal ini dari adanya peningkatan rata-rata hasil uji kompetensi tiap siklus yaitu pra siklus, siklus I dan siklus II berturut–turut adalah  66,27; 70,73; dan 75,67. Selain itu, pembelajaran BUS MICRULED dengan CDI yang SMART materi geometri dimensi dua dapat mengubah perilaku peserta didik lebih positif. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab, berempati pada orang lain, dan lain sebagainya yang merupakan nilai-nilai dalam pendidikan karakter.
Saran
Saran dalam penelitian ini adalah Berdasarkan pembahasan di atas, maka peneliti menyarankan:nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran sebaiknya dieksplorasi lebih jauh, sehingga nilai-nilai yang tertanam dalam diri peserta didik semakin baik, Guru sebaiknya mengubah paradigma dalam pengajarannya yaitu dari pengajaran guru yang berpusat pada guru menjadi pengajaran yang berpusat pada peserta didik, sehingga peserta didik dapat dilibatkan lebih banyak dalam proses pembelajarannya. Selain itu, bagi Kepala Sekolah, hendaknya selalu memberi dukungan kepada guru dalam melaksanakan inovasi pembelajaran. Kepala sekolah hendaknya dapat memfasilitasi segala kebutuhan yang diperlukan guru guna memperlancar proses pembelajaran. Kepala Sekolah juga memberi kesempatan kepada guru untuk senantiasa meningkatkan kemampuan, mengembangkan profesinya baik melalui pelatihan, penataran ataupun mengikuti kegiatan MGMP.

DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. 2008. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baharudin dan Wahyuni, 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ruzz Media.
Budiningsih, C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Chambers. 2008. Teaching Mathematics: Developing as a Reflective Secondary Teacher. London. Sage.
Cunningham, D. 2006. The Seven Principles of Constructivist Teaching: A Case Study. The Construktivis Journal, vol.17, no.1, 2011-2021.
Gupta, A. 2008. Constructivism and Peer Collaboration in Elementary Mathematics Education: The Connection to Estimology. Eurasia Journal of Mathematics, vol. 4, no.4, 381-386.
Haglund, R. 2004. Using Humanistic Content ang Teaching Methods to Motivate Student and Counteract Negative Perception of Mathematics. http://www.hmc.edu/www_common/hmnj/index.html (16/10/2009).
Kenny dan Wirth. 2009. Implementing Participatory, Constructivist Learning Experiences Through Best Practices in Live Interactive Performance. The Journal of Effective Teaching, vol. 9, no.1, 34-47.
Marpaung, Y. 2006. Metode Pembelajaran Matematika untuk Anak SD/MIN. Makalah disampaikan pada Sarasehan Pengembangan Pembelajaran di SD dan TK Fakultas Ilmu Pendidikan, UN, Yogyakarta. 1 Oktober 2006.
Marpaung, Y. 2007. Pendekatan Multikultural Dalam Pembelajaran matematika. Makalah dipresentasikan Pada Seminar Nasional MIPA. Unnes Semarang. 19 Desember 2006.
Muijs dan Reynold. 2008. Effective Teaching: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Orton, A. 1991. Learning Mathematics: Issue, Theory and Classrom Practice, Iowa:Cassel.
Piaget, J. 1973. The Child and Reality (W. Mays, Trans). London: Routledge & Kegan Paul.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Silver, Edward. 1997. Fostering Creativity Through Instruction Rich in mathematical Problem Solving and Thinking in Problem Posing. The Journal of Electronic edition ISSN 1615-679X .Vol. 29 no. 3.
Slavin, R. 1994. Educational Psychology. Theory and Practice. Edisi 4. USA: Admission of Paramount Publishing.
Strommen, E. 1992. Constructivism, Technology, and The Future of Classroom Learning. The Journal of Education and Urban Society, vol. 24, no.4, 466-476.
Susilo, F. 2004. Matematika Humanistik. Yogyakarta: Yayasan BP Basis.
Vygotsky. 1978. Characteristics of Constructivist Learning and Teaching. http:www.stemnet.nf.ca (26/11/2009).
Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Bravo Pak Arif ! Salam ta'dzim dari saya

Posting Komentar

Blogroll

Partners

About