Latar Belakang
- Sebagian Guru mengatakan bahwa mata
pelajaran yang tidak disenangi bagi siswa
SMK pada umumnya
matematika dalam hati bertanya, mengapa mereka tidak menyenanginya ?.
Berdasarkan pertanyaan tersebut perlu adanya pemecahan, salah satunya adalah
dalam penyampaian materi. Maka dalam pembelajaran matematika perlu
memperhatikan pendekatan diantaranya metode mengajar yang lebih menarik
disamping guru juga harus mempunyai kompetensi dalam menjelaskan konsep-konsep
dasar materi/pokok bahasan matematika yang akan diajarkan kepada siswa,
diusahakan Guru dapat menguasai media pembelajaran melalului media komputer
sebab dengan penampilan segi visual akan lebih menarik siswa dalam belajar.
- Konsep - konsep dasar materi/pokok
bahasan matematika Aproksimasi ini merupakan materi yang harus dikuasai oleh
siswa SMK karena sangat menunjang kelancaran dalam mempersiapkan bentuk-bentuk
perkiraan dalam mengambil keputusan terutama dalam segi pengukuran suatu
barang. Pada waktu melaksanakan pelajaran praktik, siswa kadang kala
diperkenankan melaksanakan pengukuran tentang beberapa benda yang ada, maka hal
tersebut ada keterkaitannya dengan aproksimasi. Oleh karena itu guru matematika
SMK perlu memahami pembelajaran aproksimasi dengan membuat berbagai alat
pembelajaran.
Tujuan
Setelah mempelajari Aproksimasi diharapkan
mampu dan dapat menerapkannya :
- Pembulatan hasil pengukuran ditentukan
berdasar konsep aproksimasi.
- Salah mutlak, Salah relatif, jumlah dan hasil kali dua pengukuran.
Ruang Lingkup
Bahan ajar Aproksimasi meliputi :
- Pengertian Aproksimasi, Pembulatan,
- Salah mutlak, Salah relatif,
- Persentase Kesalahan, Toleransi dan
- Batas-batas Pengukuran.
Pengertian Aproksimasi
Dalam percakapan sehari-hari, sering kita
menyebut suatu bilangan, misalnya “ Keranjang ini isinya 12 butir telur ”, atau
“ Model pakaian ini memerlukan kain 3 meter ” . Dua contoh kalimat tadi
menyebut bilangan yang diperoleh secara berbeda, yaitu bilangan 12 diperoleh
dari kegiatan “ membilang ” karena bilangan yang dimaksud adalah eksak yang
hanya ada satu jawaban yang tepat untuk persoalan itu, sedangkan bilangan 3
diperoleh dari “ pengukuran ” karena bilangan yang didapat hasilnya tidak pasti
( tidak eksak ) mungkin 2,99… meter, sehingga dibulatkan saja menjadi 3 meter.
Dari kegiatan pengukuran tersebut walaupun telitinya dalam mengadakan suatu
pengukuran, tidak akan dapat menyatakan ukuran yang tepat, meskipun suatu
ukuran yang demikian itu ada. Dengan demikian bilangan yang diperoleh dari mengukur
itu hanyalah pendekatan atau pembulatan. Pembulatan seperti ini disebut
aproksimasi.
Pembulatan
Semua pengukuran adalah “ pendekatan “ oleh
karena itu hasil-hasil pengukuran panjang, massa, waktu, luas dan sebagainya
harus diberikan menurut ketelitian yang diperlukan.
Pembulatan dilakukan dengan aturan, jika
angka berikutnya 5 atau lebih dari 5 maka nilai angka di depannya ditambah
satu. Kalau angka berikutnya kurang dari 5 maka angka tersebut dihilangkan dan
angka di depannya tetap.
Ada tiga macam cara pembulatan, yaitu :
- Pembulatan ke ukuran satuan ukuran terdekat
- Pembulatan ke banyaknya angka desimal, dan
- Pembulatan ke banyaknya angka-angka yang
signifikan
Pembulatan ke Ukuran Satuan Terdekat
Dalam hal pembulatan ke ukuran satuan yang
terdekat, ditetapkan lebih dahulu satuan terkecil yang dikehendaki oleh yang
mengukur
Contoh :
- 165,5 cm
= 166 cm , dibulatkan ke cm terdekat
- 2, 43 kg
= 12 kg , dibulatkan ke kg terdekat
- 14,16 detik
= 14,2 detik, dibulatkan ke persepuluh detik terdekat
Pembulatan ke Banyaknya Angka-angka Desimal
Untuk mempermudah
pekerjaan, kadang-kadang perlu diadakan pembulatan suatu bilangan desimal
sampai ke sekian banyak tempat desimal sesuai dengan maksud yang dikehendaki.
Contoh :
5,47035 =
5,4704 dibulatkan sampai empat tempat desimal
= 5,470 dibulatkan sampai tiga tempat desimal
= 5,47 dibulatkan sampai dua tempat desimal
= 5,5
dibulatkan sampai satu tempat desimal
Pembulatan ke
Banyaknya Angka-angka yang Signifikan
Cara lain untuk
menyatakan ketelitian pendekatan, yaitu dengan cara menetapkan banyaknya angka yang
signifikan. Istilah signifikan berasal dari bahasa Inggris "Significant" yang berarti "bermakna".Kita menyatakan bahwa 64,5 cm mempunyai 3 angka
signifikan dan 65 cm mempunyai 2 angka yang signifikan.
Jika diketahui
suatu bilangan, berikut adalah aturan-aturan untuk menentukan angka-angka mana
yang signifikan :
- Angka yang tidak
nol selalu signifikan
- Angka "0" itu
signifikan jika letaknya diantara angka-angka yang signifikan.
- Angka "0" itu
tidak pernah signifikan jika mendahului angka-angka yang tidak nol bahkan jika
angka-angka nol itu muncul sesudah tanda tempat desimal
- Angka "0" itu
signifikan jika muncul setelah tanda tempat desimal dan angka-angka lain yang
signifikan
- Angka "0" pada
suatu bilangan, khususnya yang ditandai “strip “ atau “ bar “ adalah
signifikan.
Contoh :
- 807003 Disini mempunyai 6 angka signifikan.
- 032,00 m. Dua angka nol ( dibelakang ) di sini
menyatakan bahwa panjang telah diukur sampai ke perseratusan meter terdekat,
jadi signifikan, di sini ada 4 angka signifikan
- 0,0720 km. Dua angka nol yang pertama
menunjukkan tempat koma, jadi tidak signifikan. Nol yang ketiga menunjukkan
bahwa panjang telah diukur sampai ke persepuluhan meter, jadi signifikan. Di
sini ada 3 angka signifikan
- 20,080 km. Di sini mempunyai 5 angka yang
signifikan
- 500 - dalam hal ini, dua angka nol bisa signifikan atau bisa tidak signifikan. (signifikan jika aslinya memang 500, tidak signifikan jika aslinya tidak 500
misal: 496 atau 455 yang dibulatkan ke ratusan terdekat.) Sehingga untuk
memperjelas digunakan tanda strip misal:
dan disini mempunyai 3 angka
signifikan
LATIHAN SOAL
Manakah dari
pernyataan berikut ini yang eksak (ditemukan dengan membilang) dan
mana yang merupakan pendekatan. Jelaskan!
- Waktu yang
digunakan untuk memasak makanan
- Banyaknya kancing
yang diperlukan untuk satu kemeja panjang
- Harga 1 kg gula
pasir
- Volume minyak
dalam botol ialah 1 liter
- Jumlah uang yang
dikumpulkan oleh suatu kelas untuk dana sosial
- Kecepatan
kendaraan yang menabrak pohon.
- Banyaknya gula
yang diperlukan untuk membuat kue tar
- Beratnya suatu
paket ialah 235 gram
- Banyaknya rupiah
untuk menukar uang kertas Rp. 1000,-
Jelaskan cara
membulatkan 684573 ke :
a.
Puluhan
b.
Ratusan
c.
ribuan
d.
puluh ribu yang terdekat
Bulatkan sampai
satu tempat desimal :
Jelaskan!
a. 4,89
b. 0,453
c. 308,04
d. 48,08
e. 13,2503
Jelaskan cara
menyatakan 1 cm sebagai pecahan desimal dan bulatkan sampai :
a. seperpuluhan cm terdekat
b. 3 tempat desimal
c. 2 angka signifikan
d. 3 angka signifikan
Kesalahan Hasil
Pengukuran
Selisih antara
ukuran sebenarnya dan ukuran yang di peroleh dari pengukuran itu disebut
kesalahannya. Besarnya kesalahan ini dapat diperkecil dengan menggunakan alat
pengukur yang lebih teliti dan cara pengukuran yang lebih teliti pula. Akan
tetapi, hasil pengukuran tidak akan pernah eksak sekalipun tidak terjadi
kesalahan cara mengukurnya. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui pada setiap
keadaan, sampai di mana kita dapat mempercayai pengukuran kita, yaitu kita
harus mengetahui kesalahan maksimum yang dapat di tenggang.
Berikut ini akan
diuraikan beberapa macam kesalahan :
- Salah Mutlak
- Salah Relatif
- Persentase
Kesalahan
Salah Mutlak
Pandanglah
pengukuran suatu panjang baut. Jika kita menggunakan penggaris yang ditera
dalam sentimeter, maka kita dapat mengatakan bahwa panjangnya ialah 5 cm. Ini
tidak berarti bahwa panjangnya 5 cm. Kita mengatakan bahwa pengukuran ini tepat
sampai sentimeter terdekat, dan kita mengatakan bahwa satuan terkecil dari pengukuran
ialah 1 cm. Jadi panjang sebenarnya ialah lebih dekat ke 5 cm dari pada ke 4 cm
atau ke 6 cm, yaitu panjangnya terletak
pada suatu tempat antara 4,5 cm dan 5,5 cm dan kesalahannya sebesar-besarnya
0,5 cm. Kita mengatakan bahwa salah mutlaknya ialah 0,5 cm.
Perhatikan dari
penjelasan gambar berikut ini bahwa batas atas panjang baut ialah 5,5 cm dan
batas bawahnya ialah 4,5 cm Dengan demikian salah mutlak adalah setengah dari
satuan ukuran terkecil.
salah mutlak = ½
x satuan ukuran terkecil
Contoh :
Seorang siswa
dari program keahlian Tata Boga akan membuat kue, bahan yang diperlukan 0,6 kg tepung dan 8
butir telor ayam.
Dari keadaan
tersebut dapat diketahui aspek pengukuran sebagai berikut :
Tepung :
Satuan ukuran
terkecil = 0,1 kg
Jadi salah
mutlak = ½ x 0,1 kg = 0,05 kg
Batas atas
pengukuran = 0,65 kg
Batas bawah
pengukuran = 0,55 kg
Telor :
Banyaknya telor
ayam tepat 8 butir ( eksak )
Salah Relatif
Besar kecilnya
kesalahan sebetulnya dapat ditentukan oleh teliti
tidaknya alat
yang digunakan. Memilih alat ukur yang digunakan harus
disesuaikan
dengan kebutuhannya.
Misalnya :
seseorang bekerja membuat garis pinggir dari suatu lapangan sepakbola. Suatu
kesalahan sebesar 1 cm sampai 5 cm adalah relatif tidak penting. Akan tetapi,
suatu kesalahan 1 cm saja yang di perbuat oleh seorang tukang kayu akan
menggagalkan pekerjaannya. Demikian halnya jika kita membuat kue dengan tepung
2 kg, yang dibubuhi esens terlalu banyak
½ cangkir, akibatnya kue itu tidak enak dimakan. Sering kali kita
memandang suatu kesalahan dibandingkan dengan pengukuran yang sebenarnya.
Karena itu kita menggunakan istilah salah relatif ( nisbi).
Salah relative =
salah mutlak / hasil pengukuran
Contoh :
Seorang siswa
membeli kain yang panjangnya 2,5 meter dengan satuan ukuran terkecil 0,1 meter, berapakah salah relatif dari
pengukuran yang dilakukan ?
Jawab : Salah
mutlak = ½ x 0,1 m = 0,05 m
Salah
relatif = =
=
Persentase
Kesalahan
Untuk menghitung
persentase kesalahan dari suatu pengukuran , terlebih dahulu dicari salah
relatif dari pengukuran itu, kemudian mengalikan dengan 100 % ( yaitu dengan 1
)
Jadi persentase
kesalahan dirumuskan sebagai berikut :
Persentase
Kesalahan =Salah relatif x100 %
Contoh :
Sepucuk surat
setelah ditimbang, ternyata beratnya 0,8 gram.
Carilah
persentase kesalahan pengukuran itu ?
Jawab :
satuan ukuran terkecil = 0,1 gram
Salah mutlak = ½ x
0,1 gram = 0,05 gram
Salah
relatif = =
Persentase
kesalahan = x 100 %
= 6,25 %
Toleransi
Pada industri
modern yang menggunakan metode-metode produksi massal, bagian-bagian alat
sering kali dibuat dalam pabrik-pabrik yang berbeda yang kemudian dikirim ke
pabrik induk untuk dirakit. Karena itu penting sekali memastikan bahwa
bagian-bagian alat itu dibuat cukup teliti, supaya cocok bila dirakit. Untuk
itu biasanya kita menentukan kesalahan maksimum ukuran yang diperbolehkan dalam
pembuatan bagian-bagiannya. Misalnya: Di sebuah pabrik kendaraan
baut-bautnya dibuat dengan mesin dan
diharuskan berdiameter 6 mm spesifikasinya mungkin memperbolehkan diameternya
antara 5,8 mm dan 6,2 mm. Selisih antara batas-batas ini yaitu 0,4 mm, disebut
toleransi dalam pengukuran dan dinyatakan dengan ( 6 ± 0,2 ) mm.
Jadi toleransi
dalam pengukuran ialah selisih antara pengukuran terbesar yang dapat diterima
dan pengukuran yang terkecil yang dapat diterima.
Contoh :
Toleransi yang
diperkenankan untuk massa ( 15 ± 0,5 ) gram, berarti massa terbesar yang dapat
diterima ialah 15 + 0,5 = 15,5 gram dan massa terkecil yang dapat diterima
ialah 15 – 0,5 = 14,5 gram sehingga toleransinya adalah 1 gram.
Batas-batas
Pengukuran
Penjumlahan Hasil
Pengukuran
Untuk mengetahui
batas-batas jumlah dari dua pengukuran perhatikan contoh berikut ini :
Contoh :
Berapakah
batas-batas jumlah dari hasil-hasil pengukuran 5,2 cm dan 3,6 cm, masing masing
dibulatkan ke 0,1 cm terdekat ?
Jawab :
Pengukuran
5,2 cm terletak dalam jangkauan ( 5,2 ±
0,05 ) cm, yaitu antara 5,15 cm dan 5,25 cm
Pengukuran 3,6 cm
terletak dalam jangkauan ( 3,6 ± 0,05 ) cm, yaitu antara 3,55 cm dan 3,65 cm
Jumlah maksimum
diperoleh dari jumlah batas atas pengukuran yang pertama dengan batas atas
pengukuran yang kedua, sedangkan jumlah minimum diperoleh dari jumlah batas
bawah pengukuran yang pertama dengan batas bawah pengukuran yang kedua
Jadi jumlah
maksimum adalah 5,25 cm + 3,65 cm = 8,90 cm dan jumlah minimum adalah 5,15 cm
+3,55 cm = 8,70 cm
Perhatikan bahwa
ternyata jumlah pengukuran 8,8 cm mempunyai salah mutlak 0,10 cm, yang sama
dengan jumlah dari salah mutlak dalam pengukuran-pengukuran asal.
Jadi,
pengukuran-pengukuran kalau dijumlahkan , maka salah mutlak dari jumlah
pengukuran sama dengan jumlah salah mutlak dari tiap pengukuran asal.
Pengurangan Hasil
Pengukuran
Untuk mengetahui
batas-batas selisih dari dua pengukuran perhatikan contoh berikut ini :
Contoh :
Berapakah
batas-batas selisih antara hasil-hasil pengukuran 5 cm dan 3 cm, masing masing
dibulatkan ke sentimeter terdekat ?
Jawab :
Pengukuran 5 cm
terletak dalam jangkauan ( 5 ± 0,5 ) cm,
yaitu antara 4,5 cm dan 5,5 cm
Pengukuran 3 cm
terletak dalam jangkauan ( 3 ± 0,5 ) cm, yaitu antara 2,5 cm dan 3,5 cm
Selisih maksimum
didapat dari jika nilai terbesar dari pengukuran yang pertama dikurangi dengan
nilai terkecil dari pengukuran yang kedua.Jadi, jumlah maksimum = 5,5
cm -
2,5 cm = 3 cm
Selisih minimum
didapat dari jika nilai terkecil dari pengukuran yang pertama dikurangi dengan
nilai terbesar dari pengukuran yang kedua
Jadi, selisih minimum = 4,5
cm -
3,5 cm = 1 cm
Perhatikan bahwa
ternyata selisih pengukuran 2 cm mempunyai salah mutlak 1 cm, yang sama dengan
jumlah dari salah mutlak dalam pengukuran-pengukuran asal.
Jadi, jika
hasil-hasil pengukuran dikurangkan, maka salah mutlak selisih pengukuran sama
dengan jumlah salah mutlak dari tiap pengukuran asal.
Perkalian
Hasil-hasil Pengukuran
Untuk mengetahui
batas-batas maksimum dan minimum perkalian
dari dua pengukuran perhatikan contoh
berikut ini :
Contoh :
Berapakah
batas-batas luas persegi panjang dengan panjang 4,5 m dan lebar 3,4 m, masing
masing dibulatkan ke 0,1 m terdekat ?
Jawab :
Pengukuran 4,5 m terletak dalam jangkauan (4,5 ± 0,05) m, yaitu antara 4,45 m dan 4,55 m
Pengukuran 3,4 m
terletak dalam jangkauan (3,4 ± 0,05) m, yaitu antara 3,35 m dan 3,45 m
Luas maksimum
yang mungkin = ( 4,55 x 3,45 ) m2 =
15,6975 m2
Luas minimum yang
mungkin = ( 4,45 x 3,35 ) m2 = 14,9075
m2
Jadi luas
sebenarnya terletak antara 14,9075 m2 dan 15,6975 m2 . Padahal luas yang
dihitung atas dasar pengukuran panjang dan lebar adalah ( 4,5 x 3,4 ) m2 = 15,3 m2
Jadi dapat
disimpulkan bahwa :
Luas maksimum =
batas atas I x
batas atas II
Luas minimum = batas bawah
I x batas bawah
II
Tidak ada komentar:
Posting Komentar